Diary Patah Hati

Aku termenung di tengah malam. Lalu sesaat kemudian, air mata ini tumpah. Bagaimana mungkin aku tidak menangis ketika kisah cintaku harus berakhir. Aku sungguh tak pernah merelakan cintaku pergi, namun aku juga tak berdaya unutk menahannya tetap di sisiku. Mungkin aku kelihatan tegar dari luar, namun sesungguhnya aku ini rapuh. Dimas, telah hampir dua tahun aku mencintainya, dan kemudian aku berhasil mendapatkan hatinya. Lelah yang telah kutempuh selama dua tahun itu, serasa terbayarkan. Namun kemudian, hubungan kami harus berakhir di angka sebelas bulan.Dia yang menginginkan untuk pergi, lalu apa dayaku?. Aku tak sanggup menahannya.

"Suatu saat, kamu akan berhenti mencintai orang yang kamu cintai, bukan hanya karena orang yang kamu cintai itu berhenti mencintai kamu,tapi juga karena kamu tahu kalau orang itu akan lebih berbahagia jika kamu melepaskannya."

Aku melepasnya demi kebahagiaannya.Biarlah dia mencari seseorang yang mampu membahagiakannya, namun bagaiamanpun juga, luka dihatiku masih tetap menganga lebar dan tak mudah untuk sembuh.

Setelah itu, hubungan kami hanya sebatas teman.Aku menerima semua kenyataan itu.Namun ternyata, ada saat dimana aku harus berhadapan dengannya lagi.Aku baru menyadari, bahwa rasa sakit itu tak bisa pergi begitu saja.Aku mengahadapinya, dengan menekan dalam -dalam rasa sakitku, seakan aku telah melupakan apa yang terjadi, tapi sesungguhnya aku belum bisa!.Satu hal yang membuatku belum bisa menerima sepenuhnya kenyataan ini, adalah karena aku tak pernah tahu apa alasan semua ini harus berakhir.

Selang beberapa waktu kemudian, aku mendengar dia telah bersama yang lain, maka hatikupun serasa lega karena harapanku dulu melepasnya, ternyata terwujud.Lalu sejak saat itu, aku mulai bangkit dan tidak lagi terpuruk.Ku tata kembali kepingan hati ini.Ku lekatkan dengan sisa-sisa harapan yang masih ada, lalu aku tersenyum dan berani menatap dunia. Aku bukan lagi Nela yang dulu, yang hanya bisa meratap apa yang telah pergi, namun aku yang sekarang adalah aku yang meninggalkan sisi cinta yang kelam dan melangkah melihat hal lain yang lebih penting dari sekedar percintaan.

Dimas tetap ada di memoriku, karena bagaimanapun juga aku bukanlah seorang yang mengidap amnesia yang bisa melupakannya begitu saja. Tapi dia bukan lagi orang yang menguasai hatiku.

Hebat itu, bukan hanya ketika kamu punya kekuatan, bukan hanya ketika kamu punya segalanya, namun hebat itu adalah, ketika kamu mampu bangkit dari keterpurukan

Sudah, sampai di sini semua lembaran kelam. Aku telah mengakhiri dan menutup lembaran diary patah hatiku.