Wajah Taman Ria Senayan Berubah Menjadi Mal Gaya Hidup

JAKARTA, KOMPAS.com — Pelan-pelan akhirnya terbuka juga rencana revitalisasi kompleks Taman Ria Senayan. Sejak pekan lalu, sejumlah alat berat juga mulai bekerja merobohkan bangunan yang sudah lama tak terpakai tersebut. Tidak hanya melibatkan nama Grup Lippo, grup pengembang properti Pikko Group rupanya juga memegang peran besar dalam proyek tersebut.

"Kami bertanggung jawab melakukan pembangunan fisiknya," ujar Nio Yantony, Chief Executive Officer (CEO) Pikko Group, kepada Kontan. Nio menjelaskan, dalam proyek garapannya tersebut, pihaknya masih melibatkan pemilik lama Taman Ria Senayan yang dipegang oleh Cicip Sharif Sutardjo.

Head Corporate Communication PT Lippo Karawaci Danang Kemayan Jati menjelaskan, proyek pengerjaan fisik memang belum menjadi tanggung jawab Lippo. "Kami baru akan masuk setelah bangunan berdiri," ujar Danang.

Menurut Danang, kawasan tersebut sedang dalam tahap pengerjaan oleh Pikko Group. "Jika bangunan sudah berdiri, pihak Lippo Mall akan menjadi operatornya," terang Danang.

Sayangnya, kedua belah pihak tersebut masih tutup mulut soal besar dana yang dikeluarkan untuk merevitalisasi kawasan seluas 10,5 hektar tersebut. "Kami masih dalam tahap pemulusan atau pembongkaran bangunan tak terpakai, untuk selanjutnya masih perlu berkoordinasi dengan semua pihak yang terlibat dalam kerja sama," kata Nio.

Meski bungkam soal hitung-hitungan duit, Danang menjelaskan bahwa pihak Lippo Mall memiliki konsep untuk membangun sebuah Lifestyle Entertainment Mall di area tersebut. "Kami akan langsung tawarkan kepada tenant-tenant mall segmen menengah ke atas jika bangunan telah berdiri," kata Danang.

Pikko memperkirakan, jika proses pembangunan kembali berjalan mulus, akhir tahun ini mal yang digagas konsepnya oleh pihak Lippo sudah bisa berdiri. "Jadi, pertengahan tahun depan mal kami sudah bisa beroperasi," imbuh Danang.

Wajar jika kedua belah pihak tersebut begitu optimistis. Soalnya, meski memiliki area seluas 10,5 hektar, Danang bilang bahwa koefisiensi desaian bangunan (KDB) areal tersebut tergolong rendah. "Yang bisa dibangun hanya sekitar 50.000 meter persegi," tukasnya. Sementara sisanya yang terdiri atas lahan parkir dan danau tetap dipertahankan.

Menurut Kepala Riset Jones Lang LaSalle Indonesia Anton Sitorus, posisi Taman Ria Senayan memang cukup strategis. Namun, ia menilai, untuk kondisi saat ini sesungguhnya pasokan ritel sudah cukup tinggi. Apalagi, di kawasan Senayan juga sudah ada beberapa mal sejenis. "Kalau Lippo bisa menggali konsep yang belum ada sebelumnya, potensinya akan lebih bagus," kata Anton.