Balita Umur 4 Tahun Jago Merokok


Maulana Susanto, nama lengkapnya. Dia seorang bayi lima tahun yang doyan ngerokok di Malang, Jatim. “Susah-susah iso noto” begitu sang ibu mengartikan nama belakangnya yang berarti, “biar hidup susah, mudah-mudahan bisa mengaturnya”. Namun sayang, harapan yang tertoreh pada nama tersebut nggak menjadi kenyataan, seenggaknya, belum berbuah kenyataan.

Sekilas nggak ada yang aneh dengan tingkah polah dan penampilan anak yang akan menginjak usia ke-5, Mei nanti. Dia bermain biasa dengan temen-temen sebaya seperti umumnya anak-anak kebanyakan. Bahkan banyak orang yang menyebutnya sebagai anak yang lucu. Namun ada yang ganjil saat dia memegang sebatang benda 7 centi meter ditangannya. Sembari bermain, ya itu dia terkadang merokok bak orang dewasa!

Praktis, dia sudah kecanduan rokok selama dua tahun belakangan ini. Benda yang lazimnya dikonsumsi orang dewasa, tampak enteng dia kepulin. Bahkan Maulana terlihat lihai banget memegang, dan menyulut rokok. Dengan lincahnya dia ngisep dan ngeluarin asap rokok. Nggak hanya ngepulin asap rokok dari mulut aja seperti perokok newbie, tapi sudah bisa ngeluarin asap dari dua lubang hidungnya!

Bahkan ibunya sempat dibuat kaget saat dia ngomong, “Mak, saiki beluke wes iso bunder” ucapnya dengan polos. Weleh, weleh! Dia bisa ngeluarin kepulan asap rokok dalam bentuk lingkaran. Bah! Itu, kan sulit dan biasanya baru bisa dilakukan orang dewasa yang bener-bener expert ngerokok. Saya aja nggak bisa, secara saya bukan perokok. Piye toh? :rolleyes:

Asbaknya mana?

Asbaknya mana?

Kebiasaan merokok Maulana berawal saat berusia 2,5 tahun, dari sekedar coba-coba rokok milik mbahe. Kakeknya memang terkadang ngasih rokok sama dia, sampai akhirnya ya, kecanduan deh. Sebenernya, si kakek, ibu dan juga neneknya, sungkan membiarkan anaknya merokok. Ya iyalah, ortu mana yang mau balitanya ngerokok? Tapi apa boleh buat, mereka sering serba salah menghadapi tingkah anaknya. Yang kalo nggak dikasih, malah nangis. Kalo diberi, ya khawatir juga sama kesehatannya.

Pernah suatu ketika, saat Maulana berdampingan dengan teman sebayanya sambil ngerokok dia ngasih wejangan kolot, “seng ngrokok aku wae yo, kowe ga oleh” celetuknya. Hihi… :lol: Lucu bin miris juga, ya.

Bocah ini biasa ngerokok 3-4 batang perhari, plus makan jajanan-jajanan yang biasa dibeli oleh anak-anak kebanyakan dan tentunya kebutuhan itu nguras kocek si ibu yang hanya bekerja sebagai karyawati pabrik rokok. Bocah yang kalo siang ngudut, malam ngedot. Edan, apa kata dunia? *geleng-geleng*

Well, apa yang nyebabin seorang anak yang masih bau kencur itu merokok? Apa yang salah? Dan siapa yang harus disalahkan? Hm, nggak ada yang salah sebenernya dan nggak ada orang yang harus disalahkan. Nggak masalah juga orang mau ngerokok apa nggak. Sah-sah saja, terserah. Selama orang itu menyadari bahaya dan kerugian yang ditimbulkan oleh rokok.

Asap Rokok

Asap Beracun

Namun yang patut diperhatikan sekarang adalah kepedulian dan kesadaran diri. Kapan situasi yang tepat untuk merokok dan gimana dengan kondisi orang yang nggak suka rokok? Yang benci bila hak udara bersihnya terkontaminasi oleh asap methanol, methane, nicotine dan zat-zat beracun lainnya. Apalagi kalo didekat perokok ada ibu-ibu yang lagi hamil atau ada anak yang masih kecil. Masih tegakah kita meracuni mereka?

Saya berharap para perokok menyadari walaupun sedikit saja, bahwa selain dirinya ada banyak orang lain yang peduli akan kesehatan diri sendiri. Jangan jadi perokok egois, jadilah perokok budiman!

Perokok yang nggak egois, tentu dia lebih memilih mematikan rokoknya kalo ada orang yang nggak ngerokok di sekitar dia. Atau minimal, menanyakan dulu apakah orang yang berada didekatnya suka asap rokok atau nggak? Selanjutnya, perokok budiman akan tahu apa yang harus dilakukan. Atau misalnya lagi kalo ada anak-anak, it’s a lot better to shut your smoke instead giving a bad example to our childs.

Dengan begitu, andaikata semua perokok di Republik *rokok* Indonesia ini punya kesadaran tinggi terhadap hal-hal diatas, nggak akan ada lagi Maulana-Maulana yang lain atau balita-balita yang meniru kebiasaan buruk orang dewasa. Bisa jadi kondisi kehidupan sosial dan kesehatan rakyat Indonesia bakal lebih baik dari sebelumnya.